Seringkali kita melihat suatu produk yang dilempar ke pasar tidak direspon dengan baik oleh masyarakat. Ada juga produk yang pernah memimpin pasar, namun karena terlambat mengantisipasi perubahan, maka perusahaannya tergerus oleh competitor baru. Hal ini dikarenakan banyak pengusaha kita yang umumnya masih jarang melakukan riset pasar.
Konsep inti pemasaran sesungguhnya adalah identifikasi kebutuhan konsumen, yang selanjutnya dibuat dan dikembangkan sebuah produk/jasa layanan kemudian dipertemukan dengan kebutuhan konsumen secara tepat. Proses ini tentunya berlangsung terus-menerus, karena pasar dan konsumen itu terus beruabah dan berkembang. Hal inilah yang mendasari pentingnya keberadaan bagian Research and Development.
Bagaimana bagian R&D mengetahui kebutuhan konsumen secara tepat? Tentunya diperlukan perangkat analisa ilmiah, yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara tahapan, metodologi, perolehan data, dan hasilnya secara ilmiah pula. Salah satu bidang ilmu terapan yang mengkombinasikan ilmu pemasaran dengan metodologi penelitian ini adalah riset pemasaran.
Riset pemasaran bukan monopoli para pelaku pasar saja, saat ini kebutuhan riset pemasaran pun merambah ke organisasi non profit juga bahkan partai politik. Seperti dalam Pilkada, beberapa calon pemimpin daerah dan partai politik merengkuh kemenangan melalui informasi pasar. Sehingga personal branding yang dibangun, tema yang diangkat, dan pendekatan kampanye yang dilakukan tepat guna.
Di dalam dunia bisnis sendiri kita dapat mengambil contoh sukses motor matic. Kenapa motor matic begitu booming di Indonesia? Karena hasil riset menunjukkan bahwa banyak para wanita yang kesusahan dan malas naik motor dengan gigi perseneling yang merepotkan. Bahkan setelah produk diluncurkan, ternyata kaum pria-pun banyak yang menyukainya.
Coba Anda bandingkan dengan para pengusaha-pengusaha kita. Apalagi yang masih awam dengan dunia riset-meriset atau dunia marketing. Begitu mereka menemukan ‘ide cemerlang’, tanpa melakukan riset pasar mereka langsung merealisasikan ide mereka. Masalah sesuai atau tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen itu perkara nantilah.
Yang lebih parah, sudah nggak pakai riset, langsung diproduksi dalam skala besar tanpa uji coba terlebih dahulu. Alasannya sangat klasik, supaya cepet untung. Alhasil bukan untung yang di dapat tetapi malah buntung yang diterima. Jika memang demikian pentingnya, mengapa banyak pengusaha yang enggan melakukan riset pasar? Jawabannya sederhana, malas dan rumit untuk dilakukan.
Karena jangan salah, bukan hanya produk baru yang harus anda riset. Menentukan harga yang pas, memilih kemana produk Anda akan dipajang, media periklanan yang relevan, hingga warna kemasan produk-pun perlu diriset. Jadi, jangan heran apabila proses meluncurkan sebuah produk baru bisa memakan waktu yang sangat lama. Berikut 3 metode riset pemasaran yang biasa dilakukan :
1. Kuesioner.
Metode riset pemasaran kuisioner bisa dilakukan dengan survei kertas (wawancara langsung) atau online. Pada umumnya, kuesioner lebih berpeluang dijawab jika ada insentifnya (yakni imbalan). Misalkan saat McDonald hendak meluncurkan ‘ice cream cone’, setelah diwawancarai, si responden dikasih imbalan sebesar 20ribu dan diberi bingkisan.
2. Survei.
Survei lebih singkat dibanding kuesioner. Survei secara online akan mendapat respon yang luar biasa jika metode riset pemasaran ini Anda suguhkan secara menarik. Melalui situs web Anda, Anda dapat memasukkan beberapa pertanyaan (yang sederhana dan mudah dijawab) untuk memperoleh komentar dan saran dari pengunjung situs web, terutama para pembelanja. Meski demikian, perlu diingat! metode riset pemasaran menggunakan survei telepon bisa jadi teror bagi orang yang sedang makan dengan tenang atau tidur siang.
3. FGD (Focus Group Discussion)
Grup fokus adalah metode riset pemasaran dengan mengunakan grup kecil konsumen yang dikumpulkan dibawah arahan seorang moderator, sementara para peneliti merekam dan mencatat pengamatan mereka atas respon, reaksi, dan komentar pelanggan. Peserta biasanya dibayar atas waktu mereka.
Dulu saya pernah FGD mengenai produk Pantene, sepuluh responden dengan satu moderator dan tiga peneliti cukup efektif untuk metode riset pemasaran ini. Tapi hati-hati jika menggunakan metode riset pemasaran ini, jawaban yang diperoleh dari responden seringkali bias dan kurang representatif.
Jadi, sebelum Anda membuat dan meluncurkan produk, gunakanlah metode riset pasar agar tidak mengalami kegagalan. Setelah Anda telah mendapatkan kesimpulan hasil riset tersebut, tes dan ukur dulu dalam skala kecil. Tujuannya agar Anda tahu bahwa produk benar-benar siap dilempar ke pasar. Dan yang tidak kalah penting pantau terus perkembangan pasar agar Anda tidak terlambat mengantisipasi perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar