Inovation - Pemerintah tengah menyiapkan cetak  biru rumah murah bagi masyarakat tak mampu dengan harga sekitar Rp20-26  juta. Cetak biru yang mencakup luas rumah, harga, lokasi perumahan, dan  jadwal pelaksanaan pembangunan diharapkan kelar pekan ini.
Menteri  Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, menjelaskan bahwa rumah  murah ini merupakan program prorakyat di bidang perlindungan sosial yang  telah dibahas Presiden dengan seluruh menteri, gubernur, dan para  direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Bogor, 23 Februari 2011.
Rumah  super murah ini didesain sederhana dengan luas bangunan 36 meter  persegi. Nantinya, rumah ini diperuntukkan bagi masyarakat yang  berpenghasilan rendah antara Rp1,2 juta - Rp1,7 juta per bulan. "Tahun  ini disusun blue print-nya. Tapi anggarannya baru masuk APBN 2012," kata Hatta, waktu itu.
Adapun  mengenai pembiayaan program ini, Menteri Perencanaan Pembangunan  Nasional/Kepala Bappenas, Armida Alisjahbana, mengatakan berasal dari  penghematan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Namun, dana  penghematan ini tak hanya untuk program rumah super murah, melainkan  juga untuk mempertajam program prorakyat yang sudah ada, seperti program  air bersih, pemberdayaan nelayan, dan program masyarakat miskin  perkotaan. Penggunaan dana hasil penghematan APBN tersebut, harus  mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat terlebih dahulu.
Selain itu, sumber dana pembangunan rumah super murah juga menggunakan dana program tanggung jawab sosial perusahaan BUMN.
***
Menyiapkan  rumah murah tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa  kendala yang perlu diperhatikan, seperti ketersediaan tanah, kesiapan  pemerintah daerah, hingga masalah pembiayaan.
Terkait  ketersediaan tanah, anggota DPR Ali Wongso mengusulkan agar tanah  disediakan dengan sistem sewa. "Supaya lebih terjangkau," kata Ali di  Jakarta, Senin 28 Februari 2011.
Negara bisa mengintervensi  dengan menggunakan tanah milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang  terbengkalai. Ia mencontohkan tanah di sekitar stasiun milik PT Kereta  Api (Persero) banyak yang tidak terpakai. Bila dibangun rumah, rakyat  bisa mendapat akses transportasi.
Belum lagi soal pembiayaan, ini  juga bisa menjadi masalah. Karena itu, Ali meminta agar perbankan pelat  merah memberikan keringanan bunga kredit sehingga membantu program itu.  "Pembiayaan yang mudah, masyarakat bisa mengakses rumah murah,"  katanya.
Tak cuma itu, kesiapan pemerintah daerah juga sangat  penting. Sebab banyak proyek di daerah, seperti rumah susun sederhana  sewa yang tak jalan. "Ini karena pemdanya tidak siap," kata pengamat  perumahan Zulfisyarif di Jakarta, Senin kemarin.
Ia menekankan  perlunya Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan  Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang  Wilayah Nasional patut dipertimbangkan. "Ini terkait dengan insentif  bagi pengembang," tutur Zulfisyarif.
Persatuan Perusahaan  Realestat Indonesia (REI) menilai program ini sangat mungkin dijalankan.  "Tapi harus dikaji dulu," kata Ketua Umum REI Setyo Maharso.
Dia  menuturkan, kemungkinan besar ada beberapa komponen bangunan yang  dialihkan guna memenuhi anggaran Rp20-26 juta per rumah. "Mungkin kami  menggunakan produk massal, sehingga lebih murah," kata Setyo.
***
Meski  banyak rintangan, Kementerian Perumahan Rakyat optimistis program rumah  super murah ini akan berhasil. Kementerian akan menggunakan mekanisme  subsidi dan pembebasan uang muka. "Sehingga rakyat berpenghasilan sangat  rendah bisa memiliki rumah," kata Menteri Perumahan Rakyat Suharso  Monoarfa di Jakarta, Senin.
Agar harga tetap murah, pemerintah  akan memberi subsidi tanah. Tanah ini sebenarnya milik BUMN, TNI, dan  kepolisian yang kemudian dimanfaatkan pemerintah. Pemerintah juga akan  memberi keringanan lain, seperti bebas biaya izin mendirikan bangunan  (IMB). "Kami akan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk  menjalankan program ini," ujar dia.
Cara lain, masyarakat yang  punya lahan tapi tidak punya uang untuk membangun rumah, bisa minta  bantuan pemerintah. "Tentunya, harga jadi murah karena tidak perlu biaya  pengadaan tanah," katanya.
Karena itu, Kementerian Perumahan  akan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan, Badan Pertanahan  Nasional (BPN), dan pemda. "Pihak perbankan tetap kami libatkan untuk  menopang subsidi selisih bunga."
Rumah murah ini merupakan 'janji' kedua dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berkaitan dengan properti. Pada saat kampanye pemilihan presiden 2004 silam ia juga menjanjikan program redistibusi tanah (land reform). Tanah yang akan dibagikan kepada masyarakat total seluas 142.159 hektare di 389 desa yang tersebar di 21 Provinsi.
Namun, setelah tujuh tahun berlalu, dari ratusan ribu hektar tanah yang dijanjikan untuk rakyat, hingga kini baru terealisir sekitar 214 hektar atau sekitar 0,15 persen. (iip) 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar